
Jurnal86.com Kendal Siang ini saya bersama istri dan, kedua mempelai Devita Oktavia Khatulistiwa, S.Pd Putri Bapak Drs Bambang Purwantoro& Ibu Rofichoh Brebes dan Gilang Erik Sadewa, S.OR Putra bapak Sujarwo, S.Pd &Ibu Jumiati.S.Pd Kendal dan rombongan yang berjumlah 15 an orang pengiring dalam tiga mobil pribadi, berangkat dari Brebes pukul 06,00 Wib menuju ke Kendal, sampai di rumah besan pukul 08.15 Wib, untuk mengikuti acara Ngunduh Mantu.
Pernikahan adat Jawa biasa dilangsungkan di kediaman mempelai perempuan yang beralamat di Dukuh Bulusan, Desa Rejosari,Rowosari,Kendal, Namun prosesi itu sudah usai. Antara bulan Maret pascaakad akad ningkah di Brebes , dan sekarang satu prosesi digelar cukup megah, yakni Ngunduh Mantu pada hari Sabtu (13/05/2023)
Drs. Bambang Puwantoro Brebes Hadiri Acara Ngunduh Mantu di Rumah Besan Sujarwo Rowosari Kendal
Pernikahan dilaksanakan satu bulan yang lalu di kediaman keluarga mempelai perempuan di kabupaten Brebes, dan prosesi ngunduh mantu digelar di kediaman keluarga mempelai lelaki. Tradisi ini semacam bentuk syukur lantaran keluarga lelaki bapak Sujarwo “berhasil” mendapatkan menantu
Secara harfiah, ngunduh mantu dalam bahasa Jawa berarti memanen menantu. Istilah ini digunakan karena setelah menikah, pengantin perempuan akan dibawa ke kediaman pasangannya. Nah, lantaran keluarga lelaki mendapatkan anggota keluarga baru (sang menantu), prosesi itu disebut ngunduh mantu, menurut adat kabupaten Kendal.” jelasnya
Dalam prosesi tersebut, pasangan istri-suami itu datang bersama pangombyong (pengiring) dari kediaman mempelai perempuan. pangombyong terdiri atas keluarga besar, tetangga dekat, dan kerabat dekat.
Kedua keluarga kemudian bertemu dalam prosesi Imbal Wicara, yakni dialog penyerahan pengantin perempuan kepada keluarga pengantin lelaki.
Kemudian, ada satu prosesi yang cukup unik, yakni Sindur Binayang. Dalam prosesi ini, ayah dari mempelai laki-laki menyampirkan kain sindur ke pundak kedua pengantin, namun Acara itu tidak di laksanakan karena mengingat besan yang jauh dari Brebes cukup sederhana dan simple saja acaranya.
Setelah , sejoli yang baru saja menikah itu, dengan posisi sang ayah di depan, sementara ibu mempelai lelaki mengikuti di belakang sembari memegangi pundak anak dan menantunya. Gendhing Ketawang Boyang Basuki atau Pelog Barang mengalun sebagai pengiring dari prosesi ini, tetapi juga tidak di lakasankan,” imbuhnya.
Menjelang paripurna, perwakilan dari mempelai laki-laki melakukan acara yang sangat sederhana tidak ada sambutan hanya dan ucapan terima kasih kepada keluarga besar mempelai perempuan. Saat besan rawuh, ini berlangsung, kedua mempelai bersama orang tuanya berdiri berjajar di depan pelaminan.
Ngunduh mantu umumnya diakhiri dengan acara makan bersama. Berbeda dengan gelaran pernikahan yang penuh prosesi panjang, ngunduh mantu memang tampak jauh lebih sederhana ya, Sambil menikmati aneka kuliner yang di sediakan oleh keluarga mempelai laki-laki mulai dari makanan utama, sate ayam, capcay, lontong , bakso dan yang lain, dilengkapi dengan berbagai minuman yang menggugah selera, rombongan begitu puas menikmati hidangan apalagi dihibur dengan live music elektone dan penyanyi local yang mengajak undangan untuk bernyanyi dan berjoget dengan riang gembira,
Acara ngunduh mantu, penata Rias Torona yang beralamat di desa Rejosari gempolsewu, dan di dampinge seorang photo grafer saudara Dipot juga alamat yang sama, Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB, berakhir menjelang azan Azar , setelah melaksanakan mempelai rombongan kembali ke kediaman masing-masing sambil membawa bingkisan dari tuan rumah.
Semoga kedua mempelai menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, serta segera dikaruniai keturunan yang soleh dan solehah, amin,” Pungkasnya
Reporter : Agus/Kaperwil Jateng